CHA Insyafli: Independensi Tidak Boleh Melanggar Rambu-Rambu
Calon hakim agung (CHA) untuk kamar Agama di urutan terakhir dalam Seleksi Wawancara CHA Tahun 2018 adalah Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Agama Kalimantan Barat Insyafli.

Jakarta (Komisi Yudisial) – Calon hakim agung (CHA) untuk kamar Agama di urutan terakhir  dalam Seleksi Wawancara CHA Tahun 2018 adalah Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Agama Kalimantan Barat Insyafli.
 
Salah satu panelis, yaitu  mantan Wakil Menteri Agama RI  Prof. Nasaruddin Umar bertanya terkait pandangan fiqih muamalah terhadap konsep ekonomi syariah. Menurut Insyafli, ia sepakat terhadap konsep hukum Islam dan pembaruan hukum, begitu pula terkait perombakan fiqih ekonomi syariah. 
 
Insyafli menuturkan bahwa, “ekonomi syariah dibuat untuk meningkatkan kemaslahatan umat,” ungkap Insyafli dalam wawancara Jumat (4/1) di Auditorium KY, Jakarta
 
Selain itu, Insyafli juga ditanya terkait pemaknaan ultra petita dan independensi hakim di dalam penyelesaian perkara di persidangan.  
 
“Apakah ultra petita ini diterapkan karena hakim memaknai bahwa ada hak yang merupakan mahkotanya, yaitu independensi. Kalau memang itu dimaknai bahwa ultra petita diterapkan karena independensi, menurut Anda apakah itu keliru?” tanya Anggota KY Farid Wajdi.
 
Insyafli menuturkan bahwa hal itu memang menimbulkan perdebatan. Sebagian menganggap hal itu pelanggaran, sebagian lain mengatakan itu sebagai bentuk “ijtihad’ hakim. 
 
“Menurut saya keliru, karena independensi tidak boleh melangar rambu-rambu. Dalam hal ini ada aturan secara tegas, meskipun mempunyai independensi,” tegasnya.
 
Khusus masalah ultra petita ini, lanjutnya, maka perlu dijelaskan bahwa apa yang dilakukan ini adalah tidak sesuai dengan hukum acara dan melanggar asas ultra petita sehingga perlu dilakukan pembinaan. (KY/Yuni/Festy) 

Berita Terkait