Sosok Hakim Agung Bukan Biasa-biasa Saja tetapi Harus Luar Biasa
Anggota Komisi III DPR RI Habiburrohman pada saat Sosialisasi dan Penjaringan Seleksi Calon Hakim Agung dan Calon Hakim ad hoc Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) di Mahakamah Agung Tahun 2021/2022 di Prof. Amzulian Rifai, Ph.D Hall Fakultas Hukum Unsri Palembang, Jumat (26/11).

Palembang (Komisi Yudisial) - Pembicaraan terkait seleksi calon hakim agung ini sangat penting dan ditunggu-tunggu juga banyak kalangan, baik penegak hukum, akademisi atau masyarakat lainnya.

 

Hal tersebut disampaikan Anggota Komisi III DPR RI Habiburrohman pada saat Sosialisasi dan Penjaringan Seleksi Calon Hakim Agung dan Calon Hakim ad hoc Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) di Mahakamah Agung Tahun 2021/2022 di Prof. Amzulian Rifai, Ph.D Hall Fakultas Hukum Unsri Palembang, Jumat (26/11).

 

Habiburrohman mengilustrasikan, proses seleksi hakim agung ini sudah dilevel filosofi. Sosok yang bukan biasa-biasa saja, bukan hanya yang memenuhi syarat formal saja. 

 

“Karena produk putusan hakim agung merupakan destinasi terakhir proses peradilan. Tempat rakyat mengharapkan atau terwujudnya keadilan, kita itu harus memilih orang-orang yang luar biasa,” ujar Anggota DPR dari Fraksi Gerindra ini.

 

Hakim agung itu bukan tugas yang biasa, tetapi tugas yang sangat berat. Pada akhirnya yang akan menentukan masyarakat mendapat keadilan atau tidak.

 

“Kita sangat paham soal kriteria hakim agung, yang tidak tercela, kompeten dan profesional. Tetapi bagaimana menilai hal tersebut, parameternya apa?,” ungkap Habiburrohman.

 

Proses seleksi yang dilakukan KY mulai dari pendaftaran, seleksi kualitas sampai wawancara menurut Habiburrohman sudah cukup bagus. Tetapi tetap akan kita lihat kekurangannya.

 

“Karena pada akhirnya yang sampai ke DPR ada saja yang masalah yang terdeteksi. Sehingga teman-teman di DPR menyatakan untuk tidak menyetujui calon tersebut,” jelas pria yang juga merupakan putra Sumatera Selatan ini.

 

Proses seleksi yang dilakukan KY dengan mencari hakim agung ke daerah juga cukup bagus. Untuk mendorong masyarakat mendaftar yang lebih banyak, baik jalur karier atau nonkarier.

 

Menurut Habiburrohman, KY seharusnya bikin yang lebih detail lagi untuk mendorong yang mendaftar. 

 

“Ada 3 jenis orang profesional, berkualitas tapi rendah hati, berkualitas tapi percaya diri, sosok ini yang perlu dicari. Yang ketiga tidak berkualitas dan percaya diri, sosok ini yang banyak mendaftar kemaren,” ujar Habiburrohman.

 

Nah, itu pentingnya Pentingnya mekanisme talent scouting untuk mendaftar calon hakim agung. MA membutuhkan mereka karena bukan untuk mereka pribadi melainkan untuk kemaslahatan masyarakat.

 

“Ini yang diperlukan kerja-kerja progresif untuk mencari hakim agung yang tersebar diseluruh Indonesia, sehingga bisa menemukan hakim-hakim yang berkualitas,” pungkas Habiburrohman. (KY/Jaya)


Berita Terkait