KY Rancang Corporate University sebagai Pusat Etika Peradilan Nasional
Komisi Yudisial (KY) menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema “Merancang Model Ideal Komisi Yudisial Corporate University (KY Corpu) sebagai platform terintegrasi Pengembangan Kompetensi ASN KY dan Hakim pada Selasa (28/10/2025) di Auditorium KY, Jakarta.

Jakarta (Komisi Yudisial) – Komisi Yudisial (KY) menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema “Merancang Model Ideal Komisi Yudisial Corporate University (KY Corpu) sebagai platform terintegrasi Pengembangan Kompetensi ASN KY dan Hakim pada Selasa (28/10/2025) di Auditorium KY, Jakarta. Sekretaris Jenderal KY Arie Sudihar menegaskan bahwa pembangunan KY Corpu ini untuk menghadapi tantangan integritas peradilan. Tantangan internal berupa kompetensi ASN KY yang harus adaptif terhadap dinamika pengawasan hakim, sementara tantangan eksternal muncul dari meningkatnya tuntutan publik atas peradilan yang transparan, akuntabel, dan beretika tinggi.

“KY Corpu harus menjadi The Epicentrum of Judicial Ethics and Excellence in Indonesia. Ia bukan sekadar pusat pelatihan, melainkan platform transformasi integritas dan kompetensi peradilan,” ujar Arie dalam sambutannya.

Ia melanjutkan, KY Corpu dirancang sebagai Center of Ethics yang memadukan pendidikan etik, riset integritas peradilan, serta penguatan nilai moral hakim dan ASN secara berkelanjutan. Kolaborasi dengan mitra nasional dan internasional juga dipandang penting sebagai ekosistem pengembangan kompetensi yang modern dan adaptif.

FGD ini menghadirkan pemangku kepentingan strategis seperti Badan Litbang Diklat Kumdil Mahkamah Agung, LAN, BKN, Telkom Corpu, BPSDM Jawa Barat, dan AIPJ. Komposisi ini dinilai mencerminkan desain KY Corpu yang harus selaras dengan tata kelola SDM pemerintah, transformasi digital, dan praktik terbaik pengembangan talenta sektor publik.

Dalam sesi Best Practices, Muhamad Barka Anantadira dari Telkom Corporate University menyampaikan bahwa corporate university telah berevolusi menjadi katalis peningkatan kinerja organisasi. Ia menegaskan pentingnya pembelajaran yang berdampak pada performa, memanfaatkan teknologi kecerdasan artifisial untuk personalisasi proses belajar, serta mengukur dampaknya hingga level perubahan perilaku dan kinerja. 

“Pembelajaran tidak boleh berhenti pada sertifikat. Ia harus menghasilkan peningkatan kinerja nyata dan inovasi yang relevan,” ungkap Barka.

Narasumber lainnya, Reni Ambarsari dari BPSDM Jawa Barat, memaparkan bagaimana Jabar Corporate University berhasil memperkuat kualitas layanan publik melalui digitalisasi proses pembelajaran dan integrasinya dengan manajemen talenta. Menurutnya, pendekatan ini memastikan setiap aparatur belajar sesuai kebutuhan kinerja, bukan sekadar mengikuti pelatihan rutin. 

“Kuncinya adalah memastikan pembelajaran terstruktur, terukur, dan benar-benar berdampak pada pelayanan bagi masyarakat,” tutup Reni. (KY/Feyza/Festy)


Berita Terkait