Etika Bentengi dari Hedonisme
Ketua Bidang SDM, Advokasi, Hukum, Penelitian dan Pengembangan KY Sumartoyo menjadi pembicara pada Rebu Serius tapi Santai (Rebusan), Rabu (1/11) di Lobi Gedung KY, Jakarta.

Jakarta (Komisi Yudisial) – Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial (KY) kembali menggelar Rebu Serius tapi Santai (Rebusan), Rabu (1/11) di Lobi Gedung KY, Jakarta. 
 
Sesi Rebusan kali ini menghadirkan Ketua Bidang SDM, Advokasi, Hukum, Penelitian dan Pengembangan KY Sumartoyo yang berbicara soal Etika dan Jati Diri.
 
Menurut Sumartoyo, dalam kunjungan kerjanya beberapa daerah, Sumartoyo menemukan berbagai masalah terkait dunia peradilan. 
 
Salah satunya fenomena hedonisme. Kesadaran yang rendah atas jati diri merupakan sebab utama merosotnya moral bangsa Indonesia dan menguatnya pemahaman hedonisme.
 
“Aktualisasi dalam kehidupan keseharian cenderung menjauh dari tujuan penciptaan manusia, yakni taqwa kepada Allah SWT. Hal ini menjadikan paham individualisme yang muaranya ke paham hedonisme menjadi berkembang pesat,” tutur Sumartoyo.
 
Hal ini menyebabkan pentingya peran etika dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan tugas KY, sebagai penegak rule of ethic, bukan rule of law. 
 
"Tegaknya etika akan menjamin tegaknya hukum,” tegas Sumartoyo.
 
Alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia Jurusan Hukum Bisnis ini menekankan pentingnya keikhlasan dalam menjalankan tugas. Dimulai dari dalam saja dahulu, dari hal-hal yang kecil. Tidak perlu menunggu sanjungan dari orang lain dulu.
 
“Jika kita melakukan kebaikan, maka dengan satu saja sudah mau ikut sudah bagus. Jangan menyerah hanya dengan mencoba beberapa kali saja,” pesan Sumartoyo. 
 
Jika di dalam sudah kuat, KY dapat mendorong partisipasi publik untuk mengambil peran  mewujudkan peradilan bersih. (KY/Noer/Festy)

 


Berita Terkait