Peran Serta Pelajar Menjaga Integritas Hakim dengan Membentuk Karakter Diri Sendiri
Komisi Yudisial (KY) menyelenggarakan Edukasi Publik "Pentingnya Peran Serta Pelajar Untuk Menjaga Integritas Hakim" di SMAN Sumatera Selatan, pada Kamis (25/11).

Palembang (Komisi Yudisial) - Komisi Yudisial (KY) menyelenggarakan Edukasi Publik "Pentingnya Peran Serta Pelajar Untuk Menjaga Integritas Hakim" di SMAN Sumatera Selatan, pada Kamis (25/11). Hadir sebagai narasumber Anggota KY Amzulian Rifai yang didampingi Kapus Analisis dan Layanan Informasi R. Adha Pamekas. Kurang lebih 100 siswa Kelas Xl hadir bersama guru pendamping di amphitheater sekolah. 

 

Dalam edukasi publik yang bertepatan dengan Hari Guru ini, Amzulian menjelaskan tentang KY kepada peserta secara ringkas dan jelas agar lebih mudah dipahami. Amzulian lebih memilih membuka sesi tanya jawab lebih banyak. Sesi tanya jawab berlangsung meriah, karena banyak yang ingin bertanya, namun waktu terbatas. 

 

Salah satu pertanyaan menggelitik dari seorang siswi, bagaimana pelajar bisa berperan serta untuk menjaga integritas hakim? Amzulian menjawab  bahwa memang pelajar akan sedikit sekali dapat berpartisipasi, karena tidak ada aktivitas hukum. Kecuali ada yang mengalami permasalahan hukum. Untuk itu, peran sertanya dimulai dari sendiri dulu. Karena siswa siswi yang hadir saat ini merupakan calon aparat penegak hukum, termasuk hakim. Apalagi menurut keterangan guru, ada beberapa alumni yang menjadi hakim. 

 

"Peran pelajar adalah dengan membentuk karakter Anda. Kenapa pelajar berperan, turut serta, Anda adalah calon hakim di masa depan, dan perilaku sebagai hakim ditentukan perilaku Anda sekarang. Disiplin dalam mengikuti pelajaran, punya integritas misalnya dengan tidak menyentuh saat ujian. Sadar diri, misalnya siapa yang masuk ke sekolah ini karena KKN harus malu," ujar Amzulian. 

 

Amzulian juga ditanya motivasinya untuk menjadi Anggota KY. Secara berkelakar, Amzulian menjawab motivasinya adalah agar tidak pulang ke kampung halamannya Palembang, dari Ibukota. Amzulian menjawab motivasinya adalah sebagai sarjana hukum, ada kebanggaan pribadi untuk bekerja dan mengabdi di lembaga negara. Selain itu motivasinya sederhana saja, jangan menyusahkan orang tua saja itu sudah merupakan motivasi. Tanamkan di diri, jangan menyusahkan orang tua. Itu kontrol yang baik. Ingat orang tua jika ada hal yang tidak beres. 

 

"Tidak usah muluk-muluk membangun bangsa dan negara, _eh_malah korupsi. Jadikan niat mengangkat nama keluarga kita, daerah kita sebagai motivasi. Sebagai anak daerah harus berfikir yang besar, tekad harus ada. Tapi tidak mungkin dapat dilakukan jika bermalas-malasan," tegas Amzulian. 

 

Terakhir Amzulian menyampaikan pesan kepada siswa siswi peserta edukasi publik. Pertama harus bersyukur mendapat sekolah di tempat seperti ini. Cara bersyukur, belajar dengan baik, jangan kecewakan orang tua yang sudah mendoakan. Kedua, jangan takut bertanya. Pertanyaan tidak ada kaitan dengan kualitas, semua itu ada prosesnya. Ketiga, kita harus bercita-cita besar. Keempat, rajin berolahraga. Terakhir, jangan baper kalau mau sukses, jangan dendam. 

 

"Gunakan kesempatan ini dengan baik. Saya bergembira mendapat kesempatan mengisi materi hari ini. Untuk guru supaya dapat mendidik anak kita dengan baik. Saya dapat kesempatan keliling Indonesia, tiap daerah saling bersaing. Jadi kita harus mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya," pesan Amzulian. (KY/Noer/Festy)


Berita Terkait